-->

Inti Sari Ilmu Laduni paling tersohor




 Inti Sari Ilmu Laduni paling tersohor
Ilmu laduni adalah ilmu yang didapatkan seseorang langsung dari Allah SWT dan sejak kecil ia memang menginginkannya serta menjaga hatinya dari segala dosa baik besar maupun kecil. Banyak orang muslim beranggapan keliru tentang ilmu laduni yang hanya diterima langsung dari sang pecipta tanpa senagaja , itu salah. Ilmu laduni sepeti penjelasan dalam kitab Ar Risalah Al Laduniyah yang jelas jelas menjelaskan kalau ilmu laduni tidak sekedar datang dari Allah tetapi ada unsur keinginan kuat dari penerimanya.


Dan ilmu ini wajib diikuti dengan ilmu lain sehingga bisa dikatakan benar benar laduni dari Allah SWT. Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.
A. Dalil-dalil ayat Al-qur’an tentang ilmu laduni/mauhub
1. “Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282)
2. “Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al’ankabut [69] ayat 69).
3. “Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS Thaha [10] ayat 113).

4. “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. “(QS. Al-qashash [28]ayat 7.
5. “Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi: 65).
B. Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni
1. Hadits Bukhari -Muslim :

“Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Datangnya ilmu laduni ini melalui bisikan hati atau inspirasi dan ilham di dalam kalbu seorang hamba. Hati yang bersih dari kotoran dan karakter duniawi yang tidak terpuji. Ilmu tersebut merupakan ilmu warisan sebagai ‘sirr’ atau rahasia ibadah dan hidmah. Ilmu warisan melalui rahasia amaliah guru-guru ruhaniah yang ditawasuli setiap saat. Ilmu tersebut merupakan ilmu pengetahuan yang universal dan “rahmatan lil alamiin”. Pemahaman hati yang mampu menjadikan rongga dada seorang hamba menjadi lapang baik dalam keadaan susah maupun senang sehingga menghantarkan manusia kepada keberhasilan hidup, baik kehidupan dunia, agama maupun akhirat. Berbentuk Ilmu Intuisi yang dihasilkan dari perpaduan antara ilmu, iman dan amal.


Ilmu laduni adalah hidayah atau petunjuk dari Allah. Merupakan ilmunya para nabi dan para wali. Syair ini menerangkan perihal cahaya. Yaitu intisari yang menjadikan hidup. Mata dapat melihat karena adanya cahaya. Hati bisa padang dan terang karena adanya cahaya hati. Pikiran jernih dikarenakan mendapat cahaya.

Cahaya yang merupakan sifat Allah ta’ala itu, diterangkan dalam Al-Qur’an surat An-Nur, yaitu cahaya di atas cahaya. Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki. Yang dikehendaki Allah itu tidak sembarang orang. Tentunya orang-orang pilihan. Padahal semua orang yang beriman menginginkan mendapat hidayah. Mendapat ilmu laduni, baik yang awam, tingkat keimanannya abangan, maupun yang keyakinannya khusus bil khusus, berharap mendapat ilmu laduni dari Allah.


Laduni adalah ilmu di sisi Allah. Untuk meraih ini sangatlah berat. Banyak orang alim yang melakukan tirakat selama 41 hari, dengan berpantang tidak memakan makanan yang mengandung unsur darah. Bahkan ada yang 40 tahun tidak juga mendapatkan.

Di sisi lain banyak orang yang berlumur dosa, senantiasa diwarnai kebohongan berharap mendapatkan laduni secara instant. Mana mungkin? Perlu diketahui, seseorang yang mendapatkan ilmu laduni dari Allah, maka tanpa belajar sudah bisa dengan sendirinya, misalnya mengenai bahas-bahasa dunia yang tidak pernah dipelajari, ia bisa mengucapkan secara fasih. Berbagai ilmu dikuasai dengan mudah, kitab-kitab klasik dapat dibaca dan difahami. Hikmah-hikmah meluncur dari lisannya. Rahasia-rahasia gaib tak pandang terawangan dalam penglihatannya. Seseorang yang demikian mendapat bimbingan langsung dari Allah melalui bisikan malaikat muqarrabin di hatinya. Itulah yang disebut cahaya laduni/nur petunjuk. Bait syair jaljalut ini agaknya merupakan inti sari surat An-Nur ayat 35. Surat An-Nur ayat 35:


ALLAAHU NUURUSSAMAAWAATI WAAL-ARDH, MATSALU NUURIHI KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAH, ALMISHBAAHU FII ZUJAAJAH, AZZUJAAJATU KA-ANNAHAA KAWKABUN DURRIYUI YUUQODU MIN SYAJARATIN MUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN LAA SYARQIYYATIU WALAA GHARBIYYATIN YAKAADU ZAYTUHAA YUDHII-U WALAW LAM TAMSAS-HU NAAR, NUURUN ‘ALAA NUURIN YAHDIILLAAHU LINUURIHI MAIYASYAA’, WAYADHRIBU-LLAAHU AL-AMTSAALA LINNAAS, WALLAAHU BIKULLI SYAY-IN ‘ALIIM.

Artinya:
Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak tembus, di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilau, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Bait syair jaljalut laduni:
SIRAAJUN YUQAADUN-NUURU SIRRAN BITAAKIRIN, YUQAADU SIRAAJUN-NUURI NUURAN FANAWWAARAT”.
Artinya:
lampu menerangi cahaya dengan rahasia/sembunyi-sembunyi, dengan Dzat yang bercahaya, dinyalakan lampu cahaya, kemudian memancarkan cahaya.
Tambah do’a dibawah ini:


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.
ALLAHUMMAJ’AL FII QOLBII NUURON WAFII BASHORII NUURON WAFII SAM’II NUURON WA’AN YAMIINI NUURON WAKHALFII NUURON WAFII ASHABII NUURON WAFII LAHMII NUURON WAFII SYA’RII NIUURON WAFII BASYORII NUURON. ROBBANAA ATMIMU LANAA NUURONAA WAGHFIRLANAA INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIRUN.

Artinya:
Ya Allah Tuhan kami, berilah aku cahaya dalam hatiku, curahkanlah cahaya dalam pandanganku, curahkanlah cahaya dalam pendengaranku, curahkanlah cahaya dalam sisi kananku, curahkanlah cahaya dibelakangku, curahkanlah cahaya dalam saraf-sarafku, curahkanlah cahaya dalam dagingku, curahkanlah cahaya dalam rambutku dan curahkanlah cahaya dalam hatiku.


Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Khasiatnya/Kegunaannya Bila sudah mendapatkan karomah walau tidak spektakuler seperti apa yang di harapkan, setidaknya doanya mujarab. Maka selain untuk dirinya juga dapat dipakai untuk membantu anak-anak yang pikirannya bebal, dan hatinya keras. Bila ada anak yang bebal dan agar cepat menerima pelajaran, cerdas, maka doa bait syair diatas ditulis sebanyak 3 kali pada mangkok putih. Tulisan tersebut lalu dilebur dengan air, kemudian air diminumkan pada orang atau anak yang otaknya bebal/tumpul. Insya Allah hatinya menjadi padang, otaknya menjadi encer, dan cepat menerima pelajaran. Bila untuk dirinya sendiri, maka seperti penjelasan di atas, ayat, bait dan do’a tersebut dibaca terus-menerus secara istikomah dengan keyakinan yang mantap dan focus pada tujuan, insya Allah terijabah.


Intisari Ajaran Ilmu Laailaaha illallahu Muhammadur Rasulullah, Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih! Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya! Maksudnya bagaimana orang yg tidak makrifat kepada allah bisa beribadah kepadanNya, sementara iblis masih bertengger di hati dan pikiranya. Ingat iblis umurnya milyaran tahun dan bisa bercakap2 dan nego dengan allah, maka manusia biasa bila tidak menerima pancaran ilmu dari para ahlullah yang warasatul rasullullah wa anbiya bagaimana nasib amalannya !


JIHADUL AKBAR
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merusakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), yg sudah ber chanel dari para arwahul muqadas dari para ahlullah hancur binasa tidak mengenal dat wajibul wujud!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia celaka dan tertipu. Ingat allah berfirman barang siapa yang memasuki bentengku dia aman!

ASAL USUL MAKRIFAT
Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari. Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:


1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.

Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit. API MARIFATULLAH Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali. Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).


Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.

Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur. Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ALLAH”. dan rahasia tertinggi dari ismul dzat adalah ismul khabir (asmaul jinsi/asma ke100) Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.


Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita? Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “ Maksudnya: Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”. Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.


ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
• Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.

Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu. Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya. Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat,  misalnya : Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat. Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga. Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :


Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH). Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik. Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya) Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.


Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.

Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya). Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.


Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf. Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.

Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya. Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak. Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.


Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah. Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong. LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada. La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah). Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya' Untuk memahami ilmu yang telah diuraikan diatas maka murid harus mengetahui praktek ilmunya kunci hakikat tasjid muhamad dan praktek assolatu daimul haq/sollat tajali. Sehingga mencapai maqom puji qadimul qadim ! dengan syarat puasa selama 10 hari dan menerima baiat,tawajuh dan rabitah nurmuhamad. Inilah ilmu rahasia para waliyullah, ahllusufah, mursyid kamil dan rahasia segala ilmu tarikat sufi. Dan setiap calon murid memasuki tarikat disini tidak mudah diterima kecuali ada haqnya..bila ada haknya akan kami bimbing dengan ikhlas dan ridho.


Intisari Kitab Langka Babul Ihsan Babul Ihsan menyatakan masalah ilmu hakikat dan membawa dalil-dalil dan hadisnya. Jemaah sekalian, ulama yang arif billah menyatakan bahwa dalam ibadah itu ada empat perkara muqaranah. Muqaranah ini berlaku di dalam [shalat] dari takbir ihram sampai dengan salam.

Keempat muqaranah yang dimaksud adalah
1. muqaranah syahadat;
2.muqaranah takbir ihram;
3. muqaranah sakaratul maut;
4.muqaranah wahdatul zat.
1. Muqaranah Syahadat

Yang disebut muqaranah syahadat itu perkataan "Laa af`alun illallah", artinya tiada perbuatan, hanya Perbuatan Allah juga yang Ada. Raib [fana, binasa] perbuatan makhluk. Tidak ada lagi perbuatan makhluk dari takbir sampai ihram. Apabila masih merasa ada perbuatan makhluk, batal muqaranahnya. Itulah sebabnya di dalam takbir ihram, semua yang halal, haram hukumnya. Karena di dalam takbir ihram itu tidak ada lagi untuk merasakan ada perbuatan makhluk, baik berupa yang halal, maupun yang haram. Kalau yang ada sudah Perbuatan Allah, perlu apa lagi mengingat-ingat sesuatu?


Itulah sebabny, sebelum takbir ihram semua yang halal dihukumkan haram. Inilah yang dimaksud muqaranah syahadat: "Laa af`alun illallah". Tidak ada satu zarah pun perbuatan makhluk, hanya Perbuatan Allah yang Ada.
2. Muqaranah Takbir Ihram Yakni sempurnanya takbir ihram dalam simpulan kata "Laa asma`un illallah." Tiada yang maujud segala nama, hanya Allah. Raiblah ruhani: segala rasa ruhani termasuk perasaan senang, indah, dan keinginan melihat-mengalami ini-itu, tidak ada lagi. Raib ruhani.
3. Muqaranah Sakaratul Maut Yaitu fana sifat. "Laa maujudun illa shifatun illallah". Tiada yang maujud segala sifat, hanya Allah. Raiblah ruh. Yakni jenis yang mutlak. itulah Ruq Qudus. Kelihatanlah siapa yang raib ke Tuhan dan kekal dengan Tuhan, kalau bukan jenis yang mutlak.
Jadi, jasmani, ruhani, nurani, dan rabbani, semua raib bersama jenis yang mutlak. Sempurnalah. Akmallah dengan Tuhan. Selain dari jenis yang mutlak, nafi-lah. Tidak ada bersama-sama [tidak besertaan].

4. Muqaranah Wahdatul Zat Lihatlah asalnya diri. Melihat asalnya diri. "Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah." Asal diri, terdahulu. Dan hendaklah dimatikan dirinya terlebih dahulu. Sabda Nabi Saw., "Mutu qabla Anta mutu." Matikan dirimu sebelum mati. Seperti engkau berdiri di sajadah sebelum takbir ihram: matikanlah diri dulu.

"Laa af`alun illallah"
"Laa asma`un illallah."
"Laa maujudun illa shifatun illallah"
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah."

Kemudian masukkanlah hakikat tauhid, "Laa maujudun illallah". Tidak ada wujud, hanya wujud Allah. Pandanglah, wujud siapa yang shalat itu? Kalau masih merasa wujud kamu, artinya belum mati. Kalau kamu sudah tahu Wujud Allah saja Ada, mau apa lagi tahu wujud-wujud baharu? Inilah shalat yang bersih dari syirik. Wujud Allah = Zat Allah = Rahasia Allah = Diri Allah Jadi shalat itu Diri Allah menyembah Allah. Karena yang Ada hanya Wujud Allah, tidak ada baharu. Jadi, yang dikehendaki makrifat dalam tauhid itu: shalat itu kehendak Allah dan yang shalat itu Rahasia Allah. Pandangan orang makrifat: Sudah Diri Allah Memuji Tuhannya.


Jadi praktik di dalam ibadah:
Matikan dulu diri kamu sebelum shalat. Karena apa? Karena di dalam shalat ini raib semua: mi'raj semua. Yang musti diucapkan dalam berdiri di atas sajadah sebelum takbir, yaitu keempat perkataan muqaranah. Kemudian baru masukkan hakikat tauhid. Setelah itu pandanglah. Mematikan diri dalam shalat itu, bukan meniada-tiadakan diri, bukan mengosong-kosongkan diri, bukan membuang-buang diri, bukan juga merasa-rasakan diri tiada. Mematikan diri itu maksudnya: Kembalikanlah hak-hak Tuhan itu sebelum kamu mati.

"Laa af`alun illallah" <=== tiada tubuh
"Laa asma`un illallah." <=== tiada nyawa
"Laa maujudun illa shifatun illallah" <=== tiada berkelakuan
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah." <=== tiada diri

Inilah mematikan diri sebelum mati. Inilah shalat orang muntahi; shalat tingkat penghabisan. Di dalam tasawuf amali ada penggolongan tingkat-tingkat amal seseorang, yaitu tingkat pertama sampai ke empat. Secara tauhid, kita kupas seperti ini. muftadi, orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta'ala [karena atau kepada Allah]. Orang ini masih berkutat dalam masalah kelengkapan syarat dan rukun untuk menghadap Allah. Masih bersifat dari dirinya kepada Allah.


mubtadi, orang yang beramal dengan i`tikad minallahi ta`ala [dari Allah]. Orang ini memandang dari Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah. Masih bersifat dari Allah kepada dirinya. mutawasit, orang yang beramal dengan i`tikad billahi ta`ala [dengan Allah]. Orang ini memandang dengan Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah. Masih besertaan dirinya dengan Allah. muntahi, orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta`ala, minallahi ta`ala, dan billahi ta`ala sekaligus. Dipandangnya semua sehingga tidak dipandangnya dirinya ada, yang ada sudah Perbuatan, Kelakuan, Asma, dan Zat Allah semata. Tiada merasa ada diri lagi, sudah semuanya Allah semata. Untuk sempurna mengetahui Allah, ketahuilah asal diri. Bukankah yang dijadikan Allah itu zat, sifat, asma, dan af`al. Ini yang perlu diketahui.

Kata Ibnu Abbas r.a., kepada Nabi Saw., dia bertanya:
"Yaa junjunganku, apa yang mula-mula dijadikan Allah Ta`ala?" Sabda Nabi Muhammad Saw.,
"Innallaaha khalawa qablal asya`i nuurun nabiyyika."

Sesungguhnya Allah telah menjadikan yang mula-mula dari segala sesuatu ialah Cahaya Nabimu [Nur Muhammad]. Nyatalah, Nur Nabi itulah mula-mula dari sekalian alam. Dan kata Abdul Wahab Syarani r.a. dari Nabi Muhammad Saw.:

"Innallaaha khalaqarruuhin nabiy Muhammad Shalallaahu `alaihi wasalam min zaatihi wa khalaqarruuhin alam."

Sesungguhnya Allah menjadikan ruh Nabi Muhammad Saw. dari Zat-Nya [Zat Allah] dan menjadikan ruh sekalian alam dari Nur Muhammad. Sadarilah. Segala sesuatu jenis yang zahir [korporeal; jasadi] dari Nur Muhammad, sedangkan ruh-ruhnya dari Zat Allah. Pandanglah diri kita, jasad ini Nur Muhammad; ruh ini dari Zat Allah. Sifat dan zat itu satu [compact].

Contoh:
Kalau ketan dengan ragi: satu, dinamailah tapai.
Kalau Zat dan Sifat: satu, dinamai diri siapa diri kita ini? Tentulah Diri Allah. Nur itu Sifat, Zat itu Rahasia.
Zat itu hayyun se-hayyun-hayyun-nya. Maka yang hiduplah yang berkelakuan, mana mungkin yang mati [fana] yang berkelakuan. Kalau kita sudah tahu bahwa Zat itu Wujud Allah; dan Wujud Allah itu Diri Allah, maka Rahasia, itulah Diri Allah. Kalau sudah paham ini, jangan lagi kamu sebut Diri Allah yang berkelakuan. Sebut dengan sebenar-benarnya: Allah yang berelakuan. Karena dalam hakikat tauhid: sudah tidak ada wujud baharu lagi. Apa pun yang kamu lihat, Wujud Allah yang Ada. Wujud Allah itu Zat Allah; Zat Allah itu Diri Allah.

Kalau sudah tahu Allah, tidak perlu lagi kamu mau sama dengan Allah atau mau jadi Allah. Kalau sudah Allah, ya tetap Allah. Allah tetap Allah; baharu tetap baharu. Mana mungkin baharu bisa jadi Allah atau Allah jadi baharu. Jadi, diri manusia ini Diri Allah karena diri manusia ini Zat-Sifat. Jadi yang dikatakan shalat itu, Diri Allah memuji Tuhan-Nya. Kalau kesadaran ini kamu pegang terus, boleh kamu rasakan setiap tidur kamu mendapat hidayah.

Inilah pelajaran kami malam Jumat kemarin.tentang Inti Sari Ilmu Laduni  Sampaikanlah kepada keluarga dan sanak-saudaramu, matikan diri dulu. Maksudnya, kembalikanlah hak-hak Tuhan itu sebelum kamu mati. Beritahukan juga kalau ada ulama yang belum tahu soal ini.  Jangan sampai dia jadi imam tanpa kepala, atau berkepala kambing, atau bahkan bertanduk. Orang tauhid bukan hendak sombong menyampaikan ini semua. terima kasih semoga bermanfaat buat kita semua amin.

0 Response to "Inti Sari Ilmu Laduni paling tersohor"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Sholawat Alfa shollâAllâhu

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel