Inti Sari Ilmu Laduni paling tersohor
May 27, 2019
Add Comment
Ilmu laduni
adalah ilmu yang didapatkan seseorang langsung dari Allah SWT dan sejak kecil
ia memang menginginkannya serta menjaga hatinya dari segala dosa baik besar
maupun kecil. Banyak orang muslim beranggapan keliru tentang ilmu laduni yang
hanya diterima langsung dari sang pecipta tanpa senagaja , itu salah. Ilmu laduni sepeti penjelasan dalam kitab Ar Risalah Al Laduniyah yang jelas jelas
menjelaskan kalau ilmu laduni tidak sekedar datang dari Allah tetapi ada unsur
keinginan kuat dari penerimanya.
Dan ilmu ini
wajib diikuti dengan ilmu lain sehingga bisa dikatakan benar benar laduni dari
Allah SWT. Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.
A.
Dalil-dalil ayat Al-qur’an tentang ilmu laduni/mauhub
1. “Dan
Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat
282)
2. “Dan
orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka
akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al’ankabut
[69] ayat 69).
3.
“Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan” (QS Thaha [10] ayat 113).
4. “Dan kami
ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya
maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. “(QS. Al-qashash [28]ayat 7.
5. “Dan kami
telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi:
65).
B.
Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni
1. Hadits
Bukhari -Muslim :
“Dahulu ada
beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu
orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Datangnya
ilmu laduni ini melalui bisikan hati atau inspirasi dan ilham di dalam kalbu
seorang hamba. Hati yang bersih dari kotoran dan karakter duniawi yang tidak
terpuji. Ilmu tersebut merupakan ilmu warisan sebagai ‘sirr’ atau rahasia
ibadah dan hidmah. Ilmu warisan
melalui rahasia amaliah guru-guru ruhaniah yang ditawasuli setiap saat. Ilmu
tersebut merupakan ilmu pengetahuan yang universal dan “rahmatan lil alamiin”.
Pemahaman hati yang mampu menjadikan rongga dada seorang hamba menjadi lapang
baik dalam keadaan susah maupun senang sehingga menghantarkan manusia kepada
keberhasilan hidup, baik kehidupan dunia, agama maupun akhirat. Berbentuk Ilmu
Intuisi yang dihasilkan dari perpaduan antara ilmu, iman dan amal.
Ilmu laduni
adalah hidayah atau petunjuk dari Allah. Merupakan ilmunya para nabi dan para
wali. Syair ini menerangkan perihal cahaya. Yaitu intisari yang menjadikan
hidup. Mata dapat melihat karena adanya cahaya. Hati bisa padang dan terang
karena adanya cahaya hati. Pikiran jernih dikarenakan mendapat cahaya.
Cahaya yang
merupakan sifat Allah ta’ala itu, diterangkan dalam Al-Qur’an surat An-Nur,
yaitu cahaya di atas cahaya. Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang
dikehendaki. Yang dikehendaki Allah itu tidak sembarang orang. Tentunya
orang-orang pilihan. Padahal semua orang yang beriman menginginkan mendapat
hidayah. Mendapat ilmu laduni, baik yang awam, tingkat keimanannya abangan,
maupun yang keyakinannya khusus bil khusus, berharap mendapat ilmu laduni dari
Allah.
Laduni
adalah ilmu di sisi Allah. Untuk meraih ini sangatlah berat. Banyak orang alim
yang melakukan tirakat selama 41 hari, dengan berpantang tidak memakan makanan
yang mengandung unsur darah. Bahkan ada yang 40 tahun tidak juga mendapatkan.
Di sisi lain
banyak orang yang berlumur dosa, senantiasa diwarnai kebohongan berharap
mendapatkan laduni secara instant. Mana mungkin? Perlu diketahui, seseorang
yang mendapatkan ilmu laduni dari Allah, maka tanpa belajar sudah bisa dengan
sendirinya, misalnya mengenai bahas-bahasa dunia yang tidak pernah dipelajari,
ia bisa mengucapkan secara fasih. Berbagai ilmu dikuasai dengan mudah, kitab-kitab
klasik dapat dibaca dan difahami. Hikmah-hikmah meluncur dari lisannya.
Rahasia-rahasia gaib tak pandang terawangan dalam penglihatannya. Seseorang
yang demikian mendapat bimbingan langsung dari Allah melalui bisikan malaikat
muqarrabin di hatinya. Itulah yang disebut cahaya laduni/nur petunjuk. Bait
syair jaljalut ini agaknya merupakan inti sari surat An-Nur ayat 35. Surat
An-Nur ayat 35:
ALLAAHU
NUURUSSAMAAWAATI WAAL-ARDH, MATSALU NUURIHI KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAH,
ALMISHBAAHU FII ZUJAAJAH, AZZUJAAJATU KA-ANNAHAA KAWKABUN DURRIYUI YUUQODU MIN
SYAJARATIN MUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN LAA SYARQIYYATIU WALAA GHARBIYYATIN YAKAADU
ZAYTUHAA YUDHII-U WALAW LAM TAMSAS-HU NAAR, NUURUN ‘ALAA NUURIN YAHDIILLAAHU
LINUURIHI MAIYASYAA’, WAYADHRIBU-LLAAHU AL-AMTSAALA LINNAAS, WALLAAHU BIKULLI
SYAY-IN ‘ALIIM.
Artinya:
Allah
pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah
lubang yang tidak tembus, di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
tabung kaca, tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilau, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang berkah, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di
timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Bait syair
jaljalut laduni:
SIRAAJUN
YUQAADUN-NUURU SIRRAN BITAAKIRIN, YUQAADU SIRAAJUN-NUURI NUURAN FANAWWAARAT”.
Artinya:
lampu
menerangi cahaya dengan rahasia/sembunyi-sembunyi, dengan Dzat yang bercahaya,
dinyalakan lampu cahaya, kemudian memancarkan cahaya.
Tambah do’a
dibawah ini:
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.
ALLAHUMMAJ’AL
FII QOLBII NUURON WAFII BASHORII NUURON WAFII SAM’II NUURON WA’AN YAMIINI
NUURON WAKHALFII NUURON WAFII ASHABII NUURON WAFII LAHMII NUURON WAFII SYA’RII
NIUURON WAFII BASYORII NUURON. ROBBANAA ATMIMU LANAA NUURONAA WAGHFIRLANAA
INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIRUN.
Artinya:
Ya Allah
Tuhan kami, berilah aku cahaya dalam hatiku, curahkanlah cahaya dalam
pandanganku, curahkanlah cahaya dalam pendengaranku, curahkanlah cahaya dalam
sisi kananku, curahkanlah cahaya dibelakangku, curahkanlah cahaya dalam
saraf-sarafku, curahkanlah cahaya dalam dagingku, curahkanlah cahaya dalam
rambutku dan curahkanlah cahaya dalam hatiku.
Wahai Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Khasiatnya/Kegunaannya Bila sudah
mendapatkan karomah walau tidak spektakuler seperti apa yang di harapkan,
setidaknya doanya mujarab. Maka selain untuk dirinya juga dapat dipakai untuk
membantu anak-anak yang pikirannya bebal, dan hatinya keras. Bila ada anak yang
bebal dan agar cepat menerima pelajaran, cerdas, maka doa bait syair diatas
ditulis sebanyak 3 kali pada mangkok putih. Tulisan tersebut lalu dilebur
dengan air, kemudian air diminumkan pada orang atau anak yang otaknya
bebal/tumpul. Insya Allah hatinya menjadi padang, otaknya menjadi encer, dan
cepat menerima pelajaran. Bila untuk dirinya sendiri, maka seperti penjelasan
di atas, ayat, bait dan do’a tersebut dibaca terus-menerus secara istikomah
dengan keyakinan yang mantap dan focus pada tujuan, insya Allah terijabah.
Intisari
Ajaran Ilmu Laailaaha illallahu Muhammadur Rasulullah, Sesungguhnya amalan
makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat
menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih! Hati ini juga
seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik!
sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka
masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya! Maksudnya bagaimana
orang yg tidak makrifat kepada allah bisa beribadah kepadanNya, sementara iblis
masih bertengger di hati dan pikiranya. Ingat iblis umurnya milyaran tahun dan
bisa bercakap2 dan nego dengan allah, maka manusia biasa bila tidak menerima
pancaran ilmu dari para ahlullah yang warasatul rasullullah wa anbiya bagaimana
nasib amalannya !
JIHADUL
AKBAR
Peperangan
yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah
"Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku
ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika
untuk merusakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), yg
sudah ber chanel dari para arwahul muqadas dari para ahlullah hancur binasa
tidak mengenal dat wajibul wujud!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir!
6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak
bersenjata, pasti ia celaka dan tertipu. Ingat allah berfirman barang siapa
yang memasuki bentengku dia aman!
ASAL USUL
MAKRIFAT
Rasulullah
SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah
mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada
Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar
kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari. Sirris
Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al
Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran
makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran
daripada sumber SULUK yang dinamakan Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran
daripada sumber KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.
3. Pancaran
daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran
daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari
sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang
sulit. API MARIFATULLAH Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api
Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali. Syahdan, nama Allah itu tidak
akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi
para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir
tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta
zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir
makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah
At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir
para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak
sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali
Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat
beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab
Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut
bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa
itu yang ditulis dengan bahasa Zabur. Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya
nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab
Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika
kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya,
maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka
yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama
dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ALLAH”. dan rahasia
tertinggi dari ismul dzat adalah ismul khabir (asmaul jinsi/asma ke100) Diterangkan
didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan
bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya
hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha
Esa itu bagi kita? Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“Wahai
Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “ Maksudnya: Allah itu
namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt
juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4
kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya
berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun
didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya
terletak pada kalimah “ALLAH”. Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah,
jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada
awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na
kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu
nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti
yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat
manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika
diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha.
Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu
atau huruf demi hurufnya.
• Gugurkan
huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja
dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah,
dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
Gugurkan
huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja
dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu. Lahu Mafissamawati
wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit
dan tujuh lapis bumi. Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan
bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang
hidup dan berdiri sendirinya. Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa,
sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat,
misalnya : Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan
yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya
Zat. Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi
amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah
tiada berbatas dan keatas tiada terhingga. Perhatikan beberapa pengguguran –
pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula
olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua
huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif
dan huruf Ha (dibaca AH). Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang
keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi
hanya dibaca dengan titik. Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab,
terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan
keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada
permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah
sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang
dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya) Selanjutnya gugurkan Huruf
Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka
akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan
huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika
berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat
mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
Selanjutnya
gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf,
yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu
dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya
Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah
bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan
Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan
tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka
tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif
(Alif tunggal yang berdiri sendirinya). Berilah tanda pada huruf Alif yang
tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan
setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan
U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat
Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau
datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang
datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya
bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi
ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal)
dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf. Dengan demikian maka jika kita
melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat
dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul
segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul
Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang
satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada
hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta
isinya. Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul
Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah
itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya
(Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi
segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia
banyak. Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka
tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID
(bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf
Alif.
Keempat
huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita
untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah. Langkah
terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong. LA
SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah
yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku
Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada. La Maujuda
Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah). Sembilan kali sudah kita
menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka
tanyakanlah kepada akhlinya' Untuk memahami ilmu yang telah diuraikan diatas
maka murid harus mengetahui praktek ilmunya kunci hakikat tasjid muhamad dan
praktek assolatu daimul haq/sollat tajali. Sehingga mencapai maqom puji qadimul
qadim ! dengan syarat puasa selama 10 hari dan menerima baiat,tawajuh dan
rabitah nurmuhamad. Inilah ilmu rahasia para waliyullah, ahllusufah, mursyid
kamil dan rahasia segala ilmu tarikat sufi. Dan setiap calon murid memasuki
tarikat disini tidak mudah diterima kecuali ada haqnya..bila ada haknya akan
kami bimbing dengan ikhlas dan ridho.
Intisari
Kitab Langka Babul Ihsan Babul Ihsan menyatakan masalah ilmu hakikat dan
membawa dalil-dalil dan hadisnya. Jemaah sekalian, ulama yang arif billah
menyatakan bahwa dalam ibadah itu ada empat perkara muqaranah. Muqaranah ini
berlaku di dalam [shalat] dari takbir ihram sampai dengan salam.
Keempat
muqaranah yang dimaksud adalah
1. muqaranah
syahadat;
2.muqaranah
takbir ihram;
3. muqaranah
sakaratul maut;
4.muqaranah
wahdatul zat.
1. Muqaranah
Syahadat
Yang disebut
muqaranah syahadat itu perkataan "Laa af`alun illallah", artinya
tiada perbuatan, hanya Perbuatan Allah juga yang Ada. Raib [fana, binasa]
perbuatan makhluk. Tidak ada lagi perbuatan makhluk dari takbir sampai ihram.
Apabila masih merasa ada perbuatan makhluk, batal muqaranahnya. Itulah sebabnya
di dalam takbir ihram, semua yang halal, haram hukumnya. Karena di dalam takbir
ihram itu tidak ada lagi untuk merasakan ada perbuatan makhluk, baik berupa
yang halal, maupun yang haram. Kalau yang ada sudah Perbuatan Allah, perlu apa
lagi mengingat-ingat sesuatu?
Itulah
sebabny, sebelum takbir ihram semua yang halal dihukumkan haram. Inilah yang
dimaksud muqaranah syahadat: "Laa af`alun illallah". Tidak ada satu
zarah pun perbuatan makhluk, hanya Perbuatan Allah yang Ada.
2. Muqaranah
Takbir Ihram Yakni sempurnanya takbir ihram dalam simpulan kata "Laa
asma`un illallah." Tiada yang maujud segala nama, hanya Allah. Raiblah
ruhani: segala rasa ruhani termasuk perasaan senang, indah, dan keinginan melihat-mengalami
ini-itu, tidak ada lagi. Raib ruhani.
3. Muqaranah
Sakaratul Maut Yaitu fana sifat. "Laa maujudun illa shifatun
illallah". Tiada yang maujud segala sifat, hanya Allah. Raiblah ruh. Yakni
jenis yang mutlak. itulah Ruq Qudus. Kelihatanlah siapa yang raib ke Tuhan dan
kekal dengan Tuhan, kalau bukan jenis yang mutlak.
Jadi,
jasmani, ruhani, nurani, dan rabbani, semua raib bersama jenis yang mutlak.
Sempurnalah. Akmallah dengan Tuhan. Selain dari jenis yang mutlak, nafi-lah.
Tidak ada bersama-sama [tidak besertaan].
4. Muqaranah
Wahdatul Zat Lihatlah asalnya diri. Melihat asalnya diri. "Laa zatul
illallah fil haqiqaati illallah." Asal diri, terdahulu. Dan hendaklah
dimatikan dirinya terlebih dahulu. Sabda Nabi Saw., "Mutu qabla Anta
mutu." Matikan dirimu sebelum mati. Seperti engkau berdiri di sajadah
sebelum takbir ihram: matikanlah diri dulu.
"Laa
af`alun illallah"
"Laa
asma`un illallah."
"Laa
maujudun illa shifatun illallah"
"Laa
zatul illallah fil haqiqaati illallah."
Kemudian
masukkanlah hakikat tauhid, "Laa maujudun illallah". Tidak ada wujud,
hanya wujud Allah. Pandanglah, wujud siapa yang shalat itu? Kalau masih merasa
wujud kamu, artinya belum mati. Kalau kamu sudah tahu Wujud Allah saja Ada, mau
apa lagi tahu wujud-wujud baharu? Inilah shalat yang bersih dari syirik. Wujud
Allah = Zat Allah = Rahasia Allah = Diri Allah Jadi shalat itu Diri Allah
menyembah Allah. Karena yang Ada hanya Wujud Allah, tidak ada baharu. Jadi,
yang dikehendaki makrifat dalam tauhid itu: shalat itu kehendak Allah dan yang
shalat itu Rahasia Allah. Pandangan orang makrifat: Sudah Diri Allah Memuji
Tuhannya.
Jadi praktik
di dalam ibadah:
Matikan dulu
diri kamu sebelum shalat. Karena apa? Karena di dalam shalat ini raib semua:
mi'raj semua. Yang musti diucapkan dalam berdiri di atas sajadah sebelum
takbir, yaitu keempat perkataan muqaranah. Kemudian baru masukkan hakikat tauhid.
Setelah itu pandanglah. Mematikan diri dalam shalat itu, bukan meniada-tiadakan
diri, bukan mengosong-kosongkan diri, bukan membuang-buang diri, bukan juga
merasa-rasakan diri tiada. Mematikan diri itu maksudnya: Kembalikanlah hak-hak
Tuhan itu sebelum kamu mati.
"Laa
af`alun illallah" <=== tiada tubuh
"Laa
asma`un illallah." <=== tiada nyawa
"Laa
maujudun illa shifatun illallah" <=== tiada berkelakuan
"Laa
zatul illallah fil haqiqaati illallah." <=== tiada diri
Inilah
mematikan diri sebelum mati. Inilah shalat orang muntahi; shalat tingkat
penghabisan. Di dalam tasawuf amali ada penggolongan tingkat-tingkat amal
seseorang, yaitu tingkat pertama sampai ke empat. Secara tauhid, kita kupas
seperti ini. muftadi, orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta'ala [karena
atau kepada Allah]. Orang ini masih berkutat dalam masalah kelengkapan syarat
dan rukun untuk menghadap Allah. Masih bersifat dari dirinya kepada Allah.
mubtadi,
orang yang beramal dengan i`tikad minallahi ta`ala [dari Allah]. Orang ini
memandang dari Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah. Masih bersifat
dari Allah kepada dirinya. mutawasit, orang yang beramal dengan i`tikad billahi
ta`ala [dengan Allah]. Orang ini memandang dengan Allah-lah sehingga dirinya
bisa beramal ibadah. Masih besertaan dirinya dengan Allah. muntahi, orang yang
beramal dengan i`tikad lillahi ta`ala, minallahi ta`ala, dan billahi ta`ala
sekaligus. Dipandangnya semua sehingga tidak dipandangnya dirinya ada, yang ada
sudah Perbuatan, Kelakuan, Asma, dan Zat Allah semata. Tiada merasa ada diri
lagi, sudah semuanya Allah semata. Untuk sempurna mengetahui Allah, ketahuilah
asal diri. Bukankah yang dijadikan Allah itu zat, sifat, asma, dan af`al. Ini
yang perlu diketahui.
Kata Ibnu
Abbas r.a., kepada Nabi Saw., dia bertanya:
"Yaa
junjunganku, apa yang mula-mula dijadikan Allah Ta`ala?" Sabda Nabi
Muhammad Saw.,
"Innallaaha
khalawa qablal asya`i nuurun nabiyyika."
Sesungguhnya
Allah telah menjadikan yang mula-mula dari segala sesuatu ialah Cahaya Nabimu
[Nur Muhammad]. Nyatalah, Nur Nabi itulah mula-mula dari sekalian alam. Dan
kata Abdul Wahab Syarani r.a. dari Nabi Muhammad Saw.:
"Innallaaha
khalaqarruuhin nabiy Muhammad Shalallaahu `alaihi wasalam min zaatihi wa
khalaqarruuhin alam."
Sesungguhnya
Allah menjadikan ruh Nabi Muhammad Saw. dari Zat-Nya [Zat Allah] dan menjadikan
ruh sekalian alam dari Nur Muhammad. Sadarilah. Segala sesuatu jenis yang zahir
[korporeal; jasadi] dari Nur Muhammad, sedangkan ruh-ruhnya dari Zat Allah.
Pandanglah diri kita, jasad ini Nur Muhammad; ruh ini dari Zat Allah. Sifat dan
zat itu satu [compact].
Contoh:
Kalau ketan
dengan ragi: satu, dinamailah tapai.
Kalau Zat
dan Sifat: satu, dinamai diri siapa diri kita ini? Tentulah Diri Allah. Nur itu
Sifat, Zat itu Rahasia.
Zat itu
hayyun se-hayyun-hayyun-nya. Maka yang hiduplah yang berkelakuan, mana mungkin
yang mati [fana] yang berkelakuan. Kalau kita sudah tahu bahwa Zat itu Wujud
Allah; dan Wujud Allah itu Diri Allah, maka Rahasia, itulah Diri Allah. Kalau
sudah paham ini, jangan lagi kamu sebut Diri Allah yang berkelakuan. Sebut
dengan sebenar-benarnya: Allah yang berelakuan. Karena dalam hakikat tauhid:
sudah tidak ada wujud baharu lagi. Apa pun yang kamu lihat, Wujud Allah yang
Ada. Wujud Allah itu Zat Allah; Zat Allah itu Diri Allah.
Kalau sudah
tahu Allah, tidak perlu lagi kamu mau sama dengan Allah atau mau jadi Allah.
Kalau sudah Allah, ya tetap Allah. Allah tetap Allah; baharu tetap baharu. Mana
mungkin baharu bisa jadi Allah atau Allah jadi baharu. Jadi, diri manusia ini
Diri Allah karena diri manusia ini Zat-Sifat. Jadi yang dikatakan shalat itu,
Diri Allah memuji Tuhan-Nya. Kalau kesadaran ini kamu pegang terus, boleh kamu
rasakan setiap tidur kamu mendapat hidayah.
0 Response to "Inti Sari Ilmu Laduni paling tersohor"
Post a Comment